Jumat, 13 Maret 2009

Walimah Jangan Memberatkan Diri

Walimah Jangan Memberatkan Diri

Salah satu kewajiban orang tua adalah menikahkan anak perempuannya. Dalam budaya masyarakat Indonesia, menikahkan identik dengan walimahan (walimatul ursy) atau pesta makan-makan. Orang jawa menyebutnya ’duwe gawe mantu’.
Dalam perkara ini, kebanyakan orang justru lebih melihat sisi ornamentalnya daripada aspek substansialnya. Kita bisa melihat apa yang dipersiapkan orang-orang pada umumnya jika akan menikahkan anaknya. Seringkali mereka justru mementingkan atau memikirkan pesta yang bakal digelar hingga sedetail-detailnya atau melebihi dari substansi yaitu akad nikah itu sendiri. Sampai-sampai mereka hutang ke sana ke mari guna menggelar acara resepsi agar meninggalkan kesan meriah. Dalam membayar hutangnya nanti, biasanya yang empunya gawe berharap dari sumbangan yang diterima.
Yang demikian itu merupakan pola hidup yang salah. Jika mengacu pada ajaran Islam, walimahan merupakan bentuk rasa syukur atas terbentuknya sebuah keluarga baru. Sebab itu, adanya walimahan tidak serta merta memberatkan diri dan juga merepotkan orang banyak lantaran harus menyumbang. Tidak memberatkan diri artinya bahwa jika kita ingin menggelar pesta, mampunya hanya mengundang orang sepuluh ya jangan mengundang seribu orang. Apalagi jika harus hutang dan berharap pada sumbangan untuk membayar hutang tersebut.
Hal ini dapat membuat hidup tidak tenang dan diliputi rasa was-was. Bisa-bisa karena sumbangan tidak cukup untuk membayar hutang, harta seperti tanah maupun barang lain akan habis dijual yang pada gilirannya akan memunculkan kesulitan hidup lebih parah lagi. Di saat mempelai tengah bersenang-senang, orang tua pengantin merasa kesusahan memikirkan hutang.
Oleh karena itu Islam mengajarkan jika dalam walimatul ursy mampunya memberikan buah kurma, itu yang kita suguhkan pada tamu atau orang yang kita undang. Bukan lantas mencari dengan cara berhutang untuk sebuah paket bernama USSDEK (unjukan, snack, sup, dhahar, es, kondur). Islam hadir untuk memudahkan urusan. Jika kita ikut kebanyakan orang, akan menyusahkan diri kita sendiri. Padahal orang memberi ulem kecenderungannya tidak hanya yang tersurat juga, tetapi juga yang tersirat. Hal ini yang dalam Islam seharusnya tidak boleh dibudayakan. Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Kesimpulannya, menikahkan adalah wajib, walimahan hanya bentuk rasa syukur dengan memberi makan orang lain tetapi jangan memberatkan diri sendiri dan orang lain

Sumber: duadunia.net

0 komentar: